Yang heboh, yang heboh, tiga seribu. Apa tuh? Kadin, KONI haha. PWI haha lagi. Partai-partai? Aman. Tungkus, duo kajainyo.Tiada hari tanpa heboh, mulai dari jalan raya dekat rumah sampai ke HP kekurangan kuota. Dari Negeri jiran sampai ke kebun sawit. Bak musik canggung, pekak telinga dibuatnya.
Yang heboh, yang nyaring, mendengung, seperti mik masjid salah kabel.Yang salah kabel, misalnya soal Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu. Malaysia ingin menjadikan Bahasa Melayu sebagai pengantar kedua di Asian. Tentu saja naik kalang-kalang Indonesia.
Bahasa Melayu di Malaysia itu, dituturkan hanya oleh orang Melayu saja. Orang China di sana berbahasa mereka pula, orang India demikian juga. Sejak TK masing-masing punya sekolah resmi sendiri dengan bahasa masing-masing. Sedang di Indonesia sejak TK sampai sekolah srtinggi langit, siapapun mereka, bahasanya satu: Bahasa Indonesia.Itu baru satu, yang berikut, banyak anak muda Malaysia terpengaruh bahasa medsos dan sinetron Indonesia. Heboh lagi.
Berikut heboh lagi soal penghentian pengiriman TKI. Mana mau panen sawit, disetop pula. Tak putus-putusnya di Medsos. Makin heboh, karena sejumlah youtuber Malaysia, membanding-bandingkan negerinya dan Indonesia. Dan, mereka memihak Indonesia hehe. Belum lagi tentang Pak Jokowi yang berpakaian sederhana, sedang di jiran saja, berpakaian mahal. Sudah? Belum. Masih banyak. Sudahlah.Semuanya, apapun itu jenis kehebohannya, termasuk termasuk fashion SCBD di Sudirman Jakarta, kalah telak oleh polisi tembak polisi di rumah polisi. Tapi, ada kasus guru ngaji yang mmmmm, tak heboh benar. Lokasi: Sumbar.
Heboh, kata kawan, adalah kita, sedang Djakarta adalah kontji. Masalah di kita, enaknya di orang. Walaba Walbala. Maka, heboh bagian dari dinamika, nyinyir residunya. Tapi, sekarang ada kata lama yang populer, "dungu", sejak Rocky Gerung sering mengucapkan hal itu, meski dalam tata pergaulan kita, oleh budi pekerti, kata itu, nyaris tak pernah diucapkan.Setiap yang dianggap salah atau memang salah, segera saja disebut dungu. Tapi, yang pintar, jarang dilabeli pintar. Ini yang disebut, "nan kalamak dek dia saja."
Heboh bagian dari nan kalamak itu. Mengasyikkan, bagi yang candu, meresahkan bagi yang yang lain. Soal candu jangan disebut, benar-benar menguras waktu, bahkan tenaga. Kalau candu medsos, menguras kuota dan bikin sengketa.Kalau sudah bersengketa, heboh lagi. Jika demikian ada yang menenangkan, atau tenang dengan sendirinya. Heboh bisa juga disebabkan oleh cipeh, yaitu bakaleperan saja cakapnya.Yang ini banyak juga orangnya, misalnya emak-emak yang menghina Ibu Negara di medsos. Habis itu minta maaf.Karena heboh, brandas emosi bisa lapang. Lepas saja hal-hal yang tak biasa diucapkan, gampang dituliskan. Kita sudah payah, tibul pula masalah. Itu pun sering terjadi. Ada-ada saja masalah yang tiba.
Maka hebohlah negeri ini oleh tol. Itu jalan tol Padang - Bukittinggi, yang sampai Sicincin saja belum juga siap. Tuhan jangan pindahkan gunung, beri kami waktu. Kita mungkin lemah, walau begitu, mungkin yang paling berharga dalam hidup, justru yang paling lemah itu.Yang lemah bisa seketika kuat. Tak percaya? Tanya kawan sebelah. ***