HOKOTA - Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang, Rachmat Gobel, memimpin delegasi DPR RI untuk mengunjungi kota Hokota, sekitar 100 km dari Tokyo, Jepang.“Sekitar 60 tahun lalu kota ini adalah kota yang miskin, tapi kemudian berhasil mengubah keadaan dengan menjadi pemasok sayur-sayuran di Jepang, bahkan untuk sejumlah produk menjadi nomor satu dan produk premium untuk seluruh Jepang,” katanya, Rabu, 3 Agustus 2022.
Hal itu ia sampaikan seusai melakukan dialog dengan Walikota Hokota, Kishida, dan berkunjung ke areal pertanian milik keluarga Murata.Gobel (Partai Nasdem) didampingi ketua dan anggota Komisi IV, Sudin (PDIP) dan Alien Mus (Partai Golkar), anggota Komisi XI Kamrussamad (Partai Gerindra) dan Charles Meikyansyah (Partai Nasdem), serta anggota Komisi VI Subardi (Partai Nasdem) dan Abdul Hakim Bafagih (PAN).
Dalam kunjungan ke Hokota ini juga didampingi Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi).Saat di kantor Walikota, delegasi DPR RI disuguhi ubi jalar dengan rasa yang sangat manis. Ubi ini dipanen pada bulan Oktober tahun 2021 namun baru disajikan sekarang. Ubi disimpan dalam gudang dengan suhu yang dingin.
Inilah salah satu faktor penyebab ubi ini menjadi lebih manis. Saat jamuan makan siang, Walikota Kishida Kazuo juga menghidangkan melon. Inilah produk unggulan kota Hokota.Melon Ibaraki ini dikenal sebagai melon termanis di dunia dengan level kemanisan di atas 16. Kishida juga menjelaskan produk unggulan Hokota lainnya yaitu strawberi. Buah warna merah ini per bijinya bisa mencapai Rp 500 ribu. Produk lainnya adalah timun, pare, wortel, lobak, dan berbagai jenis sayuran lainnya.
Pada kesempatan itu, delegasi DPR RI juga mengunjungi lahan pertanian milik keluarga Murata. Di lahan seluas 2 hektar ini terdapat sembilan pekerja Indonesia yang berasal dari Singaraja, Bali.Mereka sedang magang selama tiga tahun. Mereka mengaku dikirim oleh pemda setempat untuk belajar bagaimana cara bertani yang unggul di Hokota. Di Hokota terdapat 543 orang Indonesia yang sedang magang bertani.
“Kami puas dengan kinerja mereka. Mereka rajin dan jujur,” kata Kishida.Rasa senang juga disampaikan Kazutoshi Murata, pemilik pertanian Murata, yang mempekerjakan mereka. Kazutoshi merupakan generasi ketiga keluarga Murata yang mengelola pertanian stawberi tersebut.Murata menjelaskan, strawberi kota Hokota bisa unggul selain karena faktor bibit, juga ada faktor pengolahan tanah dan perlakuan terhadap tanaman.Sebagai contoh ia menyebutkan bahwa sebelum ditanami, selama 3 pekan tanah dipanaskan dengan suhu mencapai 64 derajat celcius. Ini untuk membunuh hama yang ada di tanah serta untuk menyuburkan tanah.
“Kami tidak menggunakan pestisida maupun pupuk kimia. Kuncinya pada pengaturan suhu, keseimbangan keasaman tanah, nutrisi, dan pengaturan air,” katanya. Semuanya menggunakan greenhouse sehingga lebih mudah pengontrolannya.Kishida bercerita, saat pertama kali membangun pertanian di Hokota, mereka tidak bekerja sama dengan pihak universitas maupun dengan pabrik pupuk.
“Kami memanfaatkan para ahli di sini saja serta kerja keras para petani. Kami terus melakukan perbaikan dan beruji coba untuk menghasilkan yang terbaik. Contohnya ubi. Ubi itu berasal dari ubi yang ada di sini sejak dulu,” katanya.Mereka juga terus melakukan upaya menciptakan bibit dengan varietas yang terbaik. “Jadi kami melakukannya secara mandiri,” katanya.
Selain itu, mereka juga belajar dari daerah lain yang saat itu pertaniannya sudah lebih maju.“Namun sekarang mereka semua menjadi belajar ke kami,” katanya.
Editor : Eriandi