Pasaman Barat- Peratamina Shop (Pertashop) merupakan distributor produk Pertamina berskala kecil yaitu BBM Non Subsidi. Pertashop (Pertamina Shop) adalah agen distribusi kecil di bawah pengawasan PT Pertamina yang melayani konsumen di tingkat desa atau daerah di luar jangkauan daerah SPBU. Sejak diluncurkan pada tahun 2018, kemitraan Pertashop terus menjamur di seluruh daerah di Indonesia terutama di Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat.
Setidaknya hampir 200 outlet Pertashop ada di 2 Kabupaten ini. Pada awalnya usaha ini menjanjikan dan sesuai harapan para pengusaha pertashop Pasaman - Pasaman Barat. Bahkan beberapa Pertashop mampu menjual rata rata penjualan bulanan mencapai 31 sampai 34 KL. Penjualan yang sangat menggairahkan di awal mampu menarik minat para kaum millennial dan usahawan lainnya untuk melirik pertashop ini sehingga usaha ini menjamur di tiap nagari atau desa Kabupaten Pasaman – Pasaman Barat.
Namun seiring berjalannya waktu tepatnya saat Pertashop mengalami tekanan akibat gejolak dunia yang dipicu perang antara Ukraina dan Rusia yang dimulai pada 24 Februari 2022. Situasi tersebut mengakibatkan disparitas harga Pertamax dan Pertalite semakin melebar. Di satu sisi, Pertashop hanya bisa menjual BBM nonsubsidi seperti Pertamax dan Dexlite. Namun, karena ada disparitas harga yang tinggi dengan Pertalite, penjualan Pertamax anjlok.
Ketua DPC Sprindo Migas Pasaman – Pasaman Barat, Adrizal saat ditemui menuturkan disparitas harga antara BBM Subsidi dengan Non Subsidi seungguhnya menjadi biang meruginya kawan kawan pengusaha Pertashop.
“Di satu sisi kita adalah mitra usaha plat merah tetapi pada saat terpuruk seperti sekarang, kesan yang kita rasakan adalah pemerintah buang muka terhadap persoalan yang ada. Tidak ada langkah konkrit yang bertujuan untuk membuat usaha ini bergairah lagi," katanya..
Adapun jalan yang ditawarkan oleh pertamina berupa usaha lain seperti BRILink, Pos Indonesia, Pupuk nonsubsidi dan Bulog, itu tidak bisa berjalan di Pertashop.“Ini kan pertashop lagi sakit nih, ibaratnya sedang sakit perut, nah obat yang dikasih oleh pertamina itu bukan obat sakit perut tapi obat sakit kepala, ini yang malah nambah pusing” sambungnya.
Lebih jauh dikatakannya memang untuk tambahan usaha sampingan tersebut butuh tambahan modal seperti berjualan pupuk nonsubsidi dan Bulog, pemilik Pertashop sudah kekurangan modal saat ini. Sedangkan untuk menjadi agen BRILink atau Pos Indonesia rasanya sulit karena sudah menjamur juga di masyarakat,.
Ketua DPC Sprindo Migas ini juga menyayangkan pernyataan Pertashop Sumbar Bersatu yang menyebut bahwa pengusaha pertashop yang mengeluhkan penjualan anjlok adalah karena pengusahanya yang kurang kreatif.
Editor : Eriandi