Khairul Jasmi
SENJA jatuh melayang bersama sinar matahari yang cemerlang di tepian Talago Koto Baru, Tanah Datar. Langit sempurna jernih, muka telaga tenang. Muda-muda duduk berkisah sesamanya di tepian telaga purba ini. Di plaza kecil Bika Tapi Talango ini, mereka menikmati waktu seindah yang mereka bayangkan. Tapi, saya tak hendak bercerita soal itu, melainkan sebuah madrasah di seberang talago tersebut. Madrasah Aliyah Negeri/ Madrasah Aliyah Program Khusus (MAN/MAPK) Koto Baru, Padang panjang.
MAN/MAPK , merupakan madrasah bersejarah dengan guru-gurunya yang hebat. Ribuan alumninya sudah tersebar di Nusantara dan berdiaspora hingga ke berbagai negara. Salah seorang alumninya, Dr. Irwandi Nashir, yang juga ketua Muhammadiyah Payakumbuh itu, kepada Singgalang, Rabu (26/03/2025) mengisahkan, “Lima puluh tahun silam, tepatnya 1970, berdiri Yayasan Pendidikan Islam Koto Baru. Yayasan ini menaungi sebuah Pendidikan Guru Agama (PGA). PGA Swasta ini akhirnya resmi menjadi PGA Negeri 6 tahun. Bekas asrama PGA itu dapat dijumpai di belakang pasar sayur Koto Baru yang kini berfungsi menjadi surau. Masyarakat menyebutnya dengan nama “Surau Usang.” Surau itu menjadi semacam “labor” bagi siswa MAN untuk berlatih menjadi imam dan berceramah,” kata dosen UIN Bukittinggi itu, mengenang.
MAN)/MAPK Koto Baru Padang Panjang nama madrasah itu. Ada Padang Panjang di belakangnya, padahal madrasah ini berada di Kecamatan X Koto, Tanah Datar. Ini bisa saja, sebab bisa jadi anggarannya waktu itu untuk Padang Panjang, tapi lokasi yang ada di Koto Baru. Ada SMA/SMP bernama kecamatan, tapi letaknya di salah satu nagari.
“Koto Baru adalah salah satu nagari di Kecamatan X Koto. Kini, meski nama resminya MAN 2 Padang Panjang, tapi yang lekat di lisan masyarakat dan alumninya tetap saja MAN/MAPK Koto Baru Padang Panjang,” kata dia. Ini mirip Gedung Negara Bung Hatta di Bukittinggi, rakyat tetap saja menyebut Gedung Tri Arga.
“Selama bersekolah di Koto Baru, saya kerap jadi “asisten garin” (pembantu marbot) di surau usang itu,” kata dia.Pada 1983, berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI, tanggal 29 Mei 1983, PGA Swasta itu beralih bentuk menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN)/MAK (Madrasah Aliyah Khusus) 1 Padang Panjang yang dikenal dengan nama MAN/MAPK Koto Baru. MAN Koto Baru juga ditunjuk pemerintah untuk menyelenggarakan sebuah program khusus keagamaan yang dikelola melalui Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK). Karenanya, nama MAN Koto Baru menggandeng nama MAPK.
Kelahiran MAPK diprakarsai Menteri Agama semasa Munawir Sadzali. MAPK digagas pada 1987 sebagai proyek prestisius Departemen Agama untuk mengantisipasi akutnya persoalan madrasah, terutama menyangkut pengkaderan ulama (program tafaqquh fiddin). MAPK dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 73, Tahun 1987 itu adalah sebuah pilot project. Maksudnya, untuk membentuk generasi baru untuk dipersiapkan menjadi pegawai Kementerian Agama yang lebih profesional dan berwawasan luas, serta moderat agar mampu memahami perbedaan pemikiran keagamaan di tengah-tengah masyarakat.
“MAPK ini mula-mula dibuka di lima daerah: Padang Panjang, Ciamis, Yogyakarta, Jember, dan Ujung Pandang. Pada 1990 dibuka lagi di Lampung, Surakarta, Mataram, dan Martapura,” kata Ustadz Irwandi Nashir. Ia menyebut, untuk masuk MAPK seleksinya sangat ketat. MAPK terbukti dinilai berhasil menelorkan alumni yang tampil menjadi ulama yang memadukan wawasan keislaman, keindonesiaan, dan kemoderenan secara apik dan memikat.
Editor : Bambang Sulistyo