Membaca Peta Pendidikan Sumbar (8) DR Kosim dan Yosviandri : Semestinya Adab di Atas Ilmu

×

Membaca Peta Pendidikan Sumbar (8) DR Kosim dan Yosviandri : Semestinya Adab di Atas Ilmu

Bagikan berita
Dr. Muhammad Kosim (kiri) - Yosviandri (kanan)
Dr. Muhammad Kosim (kiri) - Yosviandri (kanan)

Khairul Jasmi

Seorang kawan saya berkata sambil terkekah, “anak sekarang, cium tangan orangtua dan guru seperti di pintu surga, isi HP seperti di kamar pengantin.”

Ah, janganlah begitu. Tak semuanya. Tapi, banyak, iya kan? Entahlah, banyak atau sedikit, kerisauan bersama perlu menjadi perhatian. Bukan sok moralis atau polisi menjaga moral, namun fenomenanya tampak-tampak saja. Apalagi kalau dikaitkan dengan tawuran baladiang panjang, menyerbu dengan deru motor tengah malam, subuh bahkan saat orang menunaikan Shalat Jumat.

“Anak saya baik perangainya.” Jadi kutipan olok-olok di medsos. Kita bukan orang yang bertugas memeriksa isi HP orang lain, namun apa yang dikatakan kawan saya di atas, yang guru itu, tentu bukan tanpa alasan.

Saya hendak menuliskan pendapat dua orang di sini. Cukup dua. Pertama Dr Muhamamd Kosim dosen Ilmu Pendidikan Islam FTK UIN IB Padang dan kedua seorang terpelajar, Yosviandri. Kita mulai saja. Kosim berpendapat, nikmat terbesar bagi umat beriman adalah diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah. Sebelum kehadirannya, umat manusia dalam keadaan sesat yang nyata (dhalalin mubin).

Tugas penting kehadiran Rasulullah SAW, kata Kosim, mendidik akhlak umat. Sabdanya: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia (HR. Ahmad).

“Untuk mengubah masyarakat yang sesat dan jahiliyah itu, Nabi melakukan tiga cara yang paling utama, yaitu tilawah, tazkiyah, dan ta’lim, seperti penjelasan surat al-Maidah ayat 164. Tiga cara ini efektif membentuk umat yang berakhlak mulia,” kata dia.

Pertama, tilawah. Nabii membacakan ayat-ayat Allah SWT. Kata “membaca” (tilawah) bermakna mengikuti kitab Allah SWT yang diturunkan, dengan cara membacanya lalu mengikuti perintah, larangan, ganjaran, ancaman atau lainnya yang ada dalam kitab tersebut.

“Tilawah adalah mendidik manusia dengan membaca dan merenungkan ayat-ayat Allah SWT untuk diikuti dan ditaati. Dengan tilawah, sejatinya manusia memiliki pemahaman tentang perintah dan larangan, hak dan batil, kebaikan dan keburukan sehingga berdampak pada perilakunya yang berakhlak qurani,” kata dia sebagaimana pernah dilansir di Padang Ekspres online. Maksudnya, berlaku eloklah, jangan kabudan-budanan atau penaik darah dan jauhi korupsi serta banyak lagi. Pokoknya baik.

Editor : Bambang Sulistyo
Bagikan

Berita Terkait
Terkini