Non Islam (nonis) berburu takjil sampai-sampai jadi bahan kutbah di gereja. Muncul di IG dan banyak yang pakai salawat.“Akidah kita berbeda, takjil kita bersatu. Soal agama kita toleran, tapi soal takjil, kita duluan.” Hehehe
“Ketika mereka masih lemas, jam 3 kita sudah berburu takjil,” kata nonisLalu jagad dunia maya riang oleh takjil. Viral. Bersahut-sahutan dan para netizen bilang, “indahnya hidup di Indonesia,”
“Dipisahkan oleh politik disatukan oleh takjil”Haha dunia netizen memang seru. Memang sama sekali tak ada salahnya nonis beli takjil, sama tak ada salahnya mereka jual takjil, seperti di Padang.
Nonis berburu takjil jelas takkan menghabiskan barang dagangan berbuka puasa, tapi menolong bikin laris.Hal inilah yang menurut netizen “indah.” Bahkan ada yang membuat konten khusus, ketika nonis akan belanja, “Nabi apa yang bisa bicara dengan binatang?” Tentu gampang dijawab nonis sebab dalam agama mereka ada pelajaran soal nabi-nabi.
“Apa niat shalat Isya?”Tak bisa jawab. “Next”
Demikian setiap hari muncul di IG keriuhan berburu takjil sejak jam 15.00, bahkan ada yang sebelumnya.“Ke rumah saja, “ kata si penjual. Jam segitu memang belum jualan.Kita berharap toleransi riang di media sosial itu akan berjalan selalu riang, tidak dimasuki anasir-anasir liar.“Awas nanti Paskah kita borong semua telur,” sahut netizen yang berpuasa.
Ini fenomena guyon yang memicu keakraban antar umat bergama di Indonesia, yang tak terpikirkan oleh pemuka agama manapun.Ajaran agama memang mengajak hidup damai, karena yang bukan damai, bikin susah. Mana hidup sedang payah pula, “pinjam dulu 100,” masih terus terjadi.
Maka nonis teruslah berburu pabukoan itu, karena yang dijual banyak, pedagang banyak, rasanya enak. Dan Anda yang di Padang, jangan lupa mampir ke Toko Ayu depan Nurul Iman, enak-enak di sana. Lejen toko yang satu itu. (*)