PADANG -Tim Misel yang terdiri dari Muhammad Luthfi Kamil, Nisaul Ilmi, Salsabila Asary, Nisrina Hanifah, dan Rahmad Fajral Ilhami – anggota tim Misel. Di bawah dampingan Dr. Dessy Arisanty, S.Si, M.Sc. adalah tim yang lolos pendanaan proposal PKM-RE 2024 dari Simbelmawa dan Ditmawa UNAND, mereka meneliti potensi nano misel polimer yang dikombinasikan doxorubicin-quercetin sebagai senjata ampuh melawan kanker payudara.
PKM merupakan kegiatan ilmiah tahunan yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Kegiatan ini diadakan dalam rangka mewadahi potensi yang dimiliki mahasiswa Indonesia untuk mengkaji, mengembangkan, serta menerapkan ilmu dan teknologi yang telah mereka pelajari di bangku perkuliahan.
Di Universitas Andalas, kegiatan PKM dimulai dari tahap penyusunan proposal oleh mahasiswa secara bertim dengan arahan dosen pembimbing. Kemudian proposal tersebut akan direview di tingkat fakultas dan universitas. Setelah melalui tahapan review, setiap tim diberikan kesempatan untuk melakukan perbaikan proposalnya sebelum di submit ke Simbelmawa, sebuah website untuk mengajukan proposal kepada Dikti untuk pengajuan dana kegiatan PKM.
Selain itu, proposal yang mendapatkan pendanaan tidak semuanya mendapatkan pengabulan dana sesuai yang terlampir pada proposal mereka.Ada yang hanya sebagian besar dana saja yang dikabulkan oleh Dikti dan ada juga yang mendapatkan pengabulan dana secara keseluruhan sesuai proposal yang telah disusun. Tentunya ini telah melalui tahap pengkajian dan proses seleksi yang ketat oleh Dikti. Setelah mendapatkan pendanaan, setiap tim diwajibkan untuk melakukan kegiatan PKM nya sesuai bidang yang telah dipilih.
Berawal dari permasalahan kesehatan kanker payudara dengan epidemiologi tertinggi pertama di Indonesia, dimana jumlah kasus barunya mencapai 16,6% dari total kasus baru kanker di Indonesia yaitu sebanyak 68.858 kasus. Dari angka kasus baru tersebut, angka kematian akibat kanker payudara di Indonesia mencapai diatas 22 ribu jiwa kasus. Tim Misel berkomitmen dalam menemukan inovasi untuk dapat meningkatkan potensi terapi yang lebih baik lagi dari terapi standar yang ada.
Terapi yang ada saat ini, seperti kemoterapi, radioterapi, dan operasi, seringkali memiliki efek samping yang signifikan bagi pasien. Doxorubicin, salah satu obat standar kemoterapi, memang efektif, namun efek sampingnya tak terelakkan. Resistensi kanker terhadap obat pun menjadi hambatan lain.Saat ini, perhatian banyak para peneliti tertuju pada penggunaan senyawa yang terkandung pada bahan alam. Salah satunya yang berfokus pada kanker payudara adalah Quersetin yang dapat mengatasi terjadinya resisten obat dengan menekan aktivitas p-glikoprotein sehingga mampu mencapai efek terapi seluler. Namun Senyawa ini memiliki kelarutan dan bioavailabilitas yang rendah sehingga perlu dienkapsulasi dengan molekul pembawa obat untuk meningkatkan penyerapannya di dalam tubuh.
”Berbicara drug delivery, kami tertarik untuk meneliti molekul misel polimer yang merupakan suatu agregat dari molekul surfaktan yang umumnya berukuran 10-200 nm. dengan beberapa keunggulan diantaranya Mampu meningkatkan kelarutan dan bioavailbilitas obat dan dapat memuat banyak jenis senyawa atau obat yang bersifat hidrofobik di dalamnya.” Ujar Luthfi sebagai Ketua Tim
Hasilnya? Nano misel polimer kombinasi doxorubicin-quercetin menunjukkan efektivitas yang lebih tinggi dalam menghantarkan obat ke sel target dan membunuh sel kanker payudara dibandingkan dengan penggunaan doxorubicin saja.Kombinasi ini pun terbukti lebih minim efek samping terhadap sel sehat.